Dendamku Terbalaskan Dengan Klakson


 “Panas pol,”gumamku kepada temanku sembari menaiki sepeda motor menuju toko buku untuk membeli beberapa buku  (jelasbeli bukulah, masa beli genteng) buku lama cetakan baru.

“Asli, mungkin Tuhan lagi ngajak bercanda sama kita.” Jawab sosok lelaki berwajah putih, berkacamata serta kumis pendek sedikit tebal.

Mendengar jawaban tersebut seketika aku tertawa yang tak lama diikuti senyumnya dan berakhir dengan tawa geli bersama-sama. Begitulah kami untuk terus mencoba melihat sebuah masalah dari sudut pandang lain sehingga tidak dipandang menjadi sebuah masalah melainkan menjadi sebuah hal yang menarik, menggelitik, indah serta terus mengingat kepada Sang Pencipta.

Belum lama kami terdiam setelah tertawa, tiba-tiba sang pengemudi motor yang aku tumpangi membunyikan klakson sembari menundukan kepala. Lalu aku melihat ke badan jalan ternyata ada sosok yang tidak asing yang juga turut menundukan kepalanya. Sudah menjadi sebuah kewajaran jika aku bertanya “Siapa itu bro?” 

“Dia itu, tamu yang ditunggu kemarin ngga dateng-dateng dan ngebuat acara jadi molor dan harus diselesaikan dilain hari,” jawabnya dengan muka datar.

“Lah kenapa kamu sapa, kenapa ga kamu pasang muka garang aja didepannya dia. Bukannya dia udah bikin berantakan?” tanyaku penasaran.

“Sebenere aku dendame pol,pengin banget aku misuh-misuh. Tapi ora kaya gue carane. Jangan balas kejahatan dengan kejahatan,” jawabnya menggunakan bahasa jawa dan indonesia disertai intonasi yang membuat dirinya seakan begitu bijak.

Aku kembali menahan tawa karena tidak seperti biasanya dia sok bijak seperti itu. “haha, gembelengan,”jawabku.

Dia tertawa lalu menjelaskan “Lah iya bro, dia jahatin kita, kita jahatin mereka lalu apa bedanya kita dengan dia,” 

Benar juga apa yang dikatakannya. Sering sekali kejadian yang diberitakan terjadi tawuran ataupun perkelahian yang tiada akhir. Diawali dari permasalahan sepele kasusnya menjadi besar dan mampu membawa berpuluh-puluh orang yang tidak tau akar masalahnya untuk hanya sekedar membalaskan dendam. Nabi Muhammada SAW pernah mengalami perihal yang hampir sama dan membuat dirinya begitu sedih namun beliau malah berkata “Sesungguhnya aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun,” maka sebagai umat islam perlu diketahui bahwasanya memaafkan lebih baik ketimbang balas dendam.

“mantap. Ini menarik juga buat aku tulis, hmmm, mungkin judulnya nanti klaksonku dendamku, atau Klaksonku membalaskan dendamku,” tanggapku

“Mending dendamku terbalaskan dengan klakson,”

“Otakmu sudah terkontaminasi dengan sinteron ya, ko judulnya mirip kaya judul sinetron,”

Kami kembali tertawa tak tertahankan bahkan sampai ditoko buku kami masih sesekali membahasnya dan tertawa kecil.

Muhammad Muzakki

Komentar