Sekali ini saya ingin
menulis tentang seseorang,ya seseorang yang menghargai saya dan saya pun
menghargainya, yang menghormati saya dan saya pun menghormatinya, yang
terpenting seseorang ini telah memanusiakan saya dan saya pun lebih-lebih
memanusiakannya. Tulisan ini tanpa acuan nilai-nilai teoritis dan dasar-dasar
ilmiah maupun filosofis, tidak ada yang serius tidak ada point penting untuk
refleksi, motivasi maupun ruang kontemplasi. sungguh saya hanya ingin
bernostalgia hanya bicara wilayah empiris dan substantif dengan cerita yang mengalir saja dan
sederhana, mari kita mulai dengan cerita tersebut, sebut saja seseorang itu
dengan si DIA. Entah kenapa pikiran saya menggelayut kesana, seperti ada dorongan
bahwa si dia perlu untuk di tulis. Padahal berprestasi tidak, berpengaruh
apalagi, ya tidak juga. Tapi karena saya teringat si dia punya jasa, jasanya
sih tidak seberapa tapi nyatanya punya implikasi
besar dalam keberlangsungan hidup organisasi formascap. ya akhirnya saya
niatkan sedikit demi si dia yang sudah memulai,
si dia telah memulai permulaan, ya si dia memulai permulaan untuk menulis, si
dia mulai membangun peradaban di tubuh formascap, karena si dia menulis pula, si
dia mulai membuka jendela wawasan.
Walaupun tulisannya dikategorikan jelek juga masih jauh (di bandingkan dengan saya tulisannya si dia masih bagus, tapi dengan yang lain, tulisan dia jauh sekali) tapi si dia percaya diri, Tanpa ada yang membatasi nalar kreatifitasnya serta suara-suara sumbang yang menghampirinya si dia tetap menulis, dan di sinilah saya kagum. Sewaktu ketika pertama kali saya mulai mengenal si dia, pada forum pembahasan Musyang Formascap ke-II.si Dia dengan kawan Aryan Bachtiar mengajukan diri sebagai Ketua Panitia. Luar biasa, angkatan baru yang baru pertemuan kedua si dia mengikuti forum ini, sudah berani mengajukan diri! ,Dalam batin saya mungkin si dia hanya pencitraan, cari perhatian , cari sensasi, tebar pesona, gaya-gaya an dan suka sok-sok an saja (dan si dia terbukti benar-benar bedebah dengan kategori di atas dikemudian hari) tapi tidak lama hanya sebentar saja karena dia sadar diri, hahaha. Dalam forum dilakukan voting itu, si dia menang, jadilah dia ketua panitia, dengan segala tanggung jawab kesuksesan musyang ke II Formascap secara otomatis ada di tangan si dia.
Mulailah saya
berkomunikasi dengan si dia dengan pendekatan persuasif, saya bantu dengan
kelembutan, kadang-kadang dengan umpatan, kadang-kadang juga dengan tabokan
kalau si dia sudah di kasih tahu berulang-ulang, tapi tetap saja tidak paham
(maaf adikz sedikit berlebihan. haha). Singkat cerita, acara Musyang ke-II
Formascap yang dia pimpin berlangsung sukses, dengan terpilihnya saudara
Anifuddin sebagai ketua yang baru.
Di sinilah saya mengenal sosok si dia, mulai dari kepribadiannya, karakternya sampai dengan perilakunya. Saya kira si dia amanah dan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan organisasi Formascap. Lantas saya delegasikan si dia mengemban amanah ketua Divisi Jurnalistik (tentunya dengan ijin Ketua) di masa kepengurusan Anifuddin. Bukan tanpa alasan saya minta dia mengemban jabatan itu, ini bukan karena bakatnya dalam bidang menulis tapi lebih dari itu, si dia punya minat besar dalam dunia tulis-menulis, ini sudah cukup bagus. namun dalam konsekuensi logisnya, karena divisi ini adalah divisi baru sedangkan dia masih minim pengalaman , mau tidak mau saya dampingi si dia selama kepengurusan berlangsung. Yakni dalam menjalankan program kerjanya, dalam pelatihan Jurnalistik saya bantu si dia, saya carikan pembicaranya dari luar, yang sekiranya mau mengisi dalam kegiatan tersebut. Dia juga mulai membuat blog formascap, mulai membuat tulisan ala kadarnya, sampai dengan tulisan yang ada kadarnya. Singkat cerita segala kendala dalam setiap menjalankan program kerjanya bisa diselesaikan secara baik dan benar serta berjalan lancar. (ya selama saya dulu masih di jogja, sebelum kepengurusan Anifudin habis saya sudah hijrah ke Jakarta).
Secara emosional saya berteman,berkawan, dan bersahabat baik dengan si dia, kadang saya tidur di kosnya, kadang pula si dia main di sekretariat saya. Sering pula ritual yang dulu jadi Tradisi, Yakni Ngopi sambil bermain Kartu Remi sampai pagi, sambil mendiskusikan soal-soal kedaerahan sampai dengan isu-isu nasional kontemporer itu sering saya lakukan bersama si dia dan kawan-kawan lainnya. Kadang saya ajak si dia menghadiri kajian-kajian ilmiah, mengikuti Kajian Filsafat di masjid Jendral Soedirman yang di ampu Dr. Fachruddin Faiz, di daerah Demangan, kadang pula mengikuti Acara pengajian Maiyah yang di ampu Caknun di tanggal 17 setiap bulannya, di daerah dekat UMY. Begitulah saya dengan si dia, sampai saya sempat merantau di Jakarta pun, saya sering berkomunikasi dengan si dia. Atau kalau semisal saya mudik, pasti si dia sering mampir ke rumah saya, untuk sekedar berbincang dan ngopi-ngopi, atau curhat soal Formascap (dia jarang cerita soal perempuan, bagaimana mau cerita, ketemu sama lawan jenis saja, dia sering keringat dingin).
Sekali lagi, begitulah saya dengan si dia. Interaksi saya dengan si dia secara langsung selama di jogja, tidak lama hanya kurang lebih 1 tahun. Tapi dia bagus, berdedikasi, militan, dan jenius, segala tanggung jawabnya si dia selesaikan dengan baik dan benar. Kuliah selesai kurang dari 3 Tahun, dan IPK bisa di dapatkan dengan predikat dengan pujian yakni 3,51!, di organisasi Intra maupun daerah dia juga mengambil peran penting, dan dia selesaikan dengan setuntas-tuntasnya dan sebaik-baiknya. Disinilah saya semakin di buat kagum oleh si dia. saya selalu percaya sama si dia. Karena saya yakin dia selalu bisa di andalkan dan bisa dia selesaikan segala sesuatu yang diamanatkan.
Dan kurang ajarnya sekarang si dia sudah merantau ke Jakarta, (padahal saya baru beberapa bulan balik dari jakarta, resign dari kerjaan) untuk memulai karir si dia di perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam, yakni tambang. Biarlah, semoga lancar dan Sang Maha EMPUNYA dunia ini meridhoi. Dan yang terpenting karena dia sudah memulai untuk menulis, pesan saya sama si dia, janganlah redupkan tulisanmu nanti, saya akan selalu baca hasil tulisanmu. Dan ingat pesan Nyai Ontosoroh, selaku tokoh dalam novel Bumi manusia, tetralogi pulau buru karya Pramoedya Ananta Toer Allohuyarham “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau Menulis. Suaramu takkan padam di telan angin, akan abadi, sampai jauh-jauh dikemudian hari”. Si dia adalah kau, kau adalah si dia, sama saja kau dengan si dia.
Dia yang berperawakan kurus ceking tidak
terurus dengan kantung mata yang terlihat menggantung seperti kurang tidur, dan
tanda tahi lalat di dagu sudut sebelah kanan sebagai simbol ikonik kaum bujang
kekinian.
Dia yang mengaku tampan, padahal seperti manusia yang terkena penyakit ayan. Dia yang masuk kelas kuliah dengan masih menggunakan celana SMA. Dia si manusia bodoh, yang telah mengabdikan usia mudanya untuk Organisasi Daerah. Pekerjaan sia-sia, tapi dia selalu memperjuangkan apa yang dia yakini itu benar. Seperti kebanyakan aktivis, cita-cita dia murni, tanpa pretensi, tanpa tendensi, dan tanpa ambisi, yang dia pikirkan hanya untuk kemajuan bersama. Saya bangga berteman, berkawan dan bersahabat dengan dia, yang daripadanya saya mengenal loyalitas, kesetiakawanan, persaudaraan serta kekeluargaan. Teruslah berkarya, dan ingat masih banyak kaum miskin yang butuh uluran tanganmu, masih banyak orang-orang yang harus di perjuangkan haknya, masih banyak yang harus kau didik, dan masih banyak lagi tugasmu sebagai kaum terpelajar. Teruntuk si dia yang telah berani untuk MEMULAI yakni, Muhammad Muzaki, A.md (nyong karo kowe kwuenteelll) Dia si Anak Hilang, semoga tidak lupa Jalan Pulang!
Dia yang mengaku tampan, padahal seperti manusia yang terkena penyakit ayan. Dia yang masuk kelas kuliah dengan masih menggunakan celana SMA. Dia si manusia bodoh, yang telah mengabdikan usia mudanya untuk Organisasi Daerah. Pekerjaan sia-sia, tapi dia selalu memperjuangkan apa yang dia yakini itu benar. Seperti kebanyakan aktivis, cita-cita dia murni, tanpa pretensi, tanpa tendensi, dan tanpa ambisi, yang dia pikirkan hanya untuk kemajuan bersama. Saya bangga berteman, berkawan dan bersahabat dengan dia, yang daripadanya saya mengenal loyalitas, kesetiakawanan, persaudaraan serta kekeluargaan. Teruslah berkarya, dan ingat masih banyak kaum miskin yang butuh uluran tanganmu, masih banyak orang-orang yang harus di perjuangkan haknya, masih banyak yang harus kau didik, dan masih banyak lagi tugasmu sebagai kaum terpelajar. Teruntuk si dia yang telah berani untuk MEMULAI yakni, Muhammad Muzaki, A.md (nyong karo kowe kwuenteelll) Dia si Anak Hilang, semoga tidak lupa Jalan Pulang!
Cogito Ergo Sum
Shalom
Namanya juga anak hilang, mulane pas di upload fotone ilang. kawus lah!
BalasHapus