Kodok Njaluk Udan


                                    http://www.rajawow.com/2014/09/fenomena-yang-terjadi-pada-tubuh-saat.html

Dari pelataran masjid bisa terlihat pohon pisang yang mencoba untuk tetap bertahan dari terpaan angin yang disertai hujan . sementara didepanku terlihat sahabatku yang menggunakan jas hujan sedang berusaha memutar kunci kontak ke posisi on motorku. Kami berdua baru saja menempuh perjalanan menerobos derasnya hujan di sore hari menuju ke salah satu masjid untuk menemui salah satu dosen berencana meminta konfiirmasi mengenai nilai mata kuliah. Ditengah perjalanan kunci motorku terjatuh sehingga harus dimatikan dengan cara mencabut kabel busi.

“ada apa mas?” tanya seseorang yang sudah berada di masjid sedang mempersiapkan segala sesuatu karena akan dilaksanakan kajian rutin.

“ini pak, mau menemui dosen” jawab sahabatku

“oalah, insyaAllah nanti datang. Biasanya disini sudah ramai kalau tidak hujan untuk mengikuti kajian habis maghrib sampai nanti jam 7. Semoga saja nanti bisa bertemu” jelasnya.

“semoga saja nanti bisa bertemu. Tapi hujannya masih deras juga ini” sambil tersenyum sahabatku menjawab.

            Hujan masih sangat deras dan belum ada jamaah yang datang. Namun, selang beberapa menit ustadz yang akan mengisi kajian datang disusul dengan ibu-ibu dan bapak-bapak serta beberapa anak remaja. Setelah selesai sholat maghrib kajian dimulai namun orang yang kami harapkan belum juga datang.

Awalnya melihat perawakan sang ustadz aku kurang yakin tentang apa yang akan disampaikan. Namun, ketika beliau mulai berbicara aku merespon untuk mengambil alat tulis dan buku untuk mencatat poin-poin penting yang disampaikan. Kajian dimulai dengan membahas surat al-qurais yaitu surat yang turun ke 29 setelah surat at-tin. Ustadz pun menjelaskan bahwa di Al-quran urutannya bukan 29 tapi di urutan 106.

“ustadz, kenapa penyusunan al-quran tidak sesuai dengan urutan turunnya?” salah satu jamaah berbadan putih bermuka orang luar bertanya.

“urutan di al quran saat ini memang tidak sesuai dengan urutan turunnya surat . karena turunnya surat biasanya melihat kepada suatu kejadia atau peristiwa. Nah, urutan al-quran yang saat ini maupun sejak dahulu adalah menyesuaikan kandungan dan urutan tersebut adalah Allah yang menyusunnya. Jadi, tidak ada perbedaan dengan al-quran yang terdahulu. Itulah keajaiban al-quran” jawab ustadz dengan mantap

Kajian dilanjutkan dan menceritakan tentang kaitannya surat tersebut dengan kaum qurais yang memprakarsai persaudaraan yang mampu menimbulkan rasa aman dan rasa kecukupan dalam lingkungannya sehingga tidak ada lagi perbedaan yang menimbulkan konflik.

Ketika pengajian akan berakhir ada jamaah wanita yang bertanya

“akhir-akhir ini Indonesia sedang dilanda problematika. Mengenai penistaan agama bagaimanakah sikap kita mengenai pencelaan terhadap ulama?”

Aku bergumam dalam hati, inilah pertanyaan yang aku tunggu jawabannya. Karena memang aku merasakan ada yang selah dengan fenomena yang sedang terjadi di Indonesia. Akhirnya aku mendapat jawabannya bahwa kultus kepada ulama sebenarnya sikap yang tidak baik. Tapi tidak dipungkiri ketika ulama kita dicela perasaan tersakiti jelas timbul. Poinnya adalah biar saja ulama dipenjara ulama kita dicela tapi pertahankan semangat nilai-nilai perjuangan dan ajaran agama yang telah disebarkan.

Lebih jauh lagi dalam melihat suatu fenomena maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam tidak hanya melihat dari satu sisi tapi diperlukan penglihatan dari berbagai sudut. Banyak saat ini ketika melihat suatu fenomena hanya dilihat dalam lingkup kecil artinya medannya diperkecil atau dipersempit sehingga menjadi salah makna dan salah tindakan.

Pesan terahir yang disampaikan dari sang ustadz adalah perlunya ditumbuhkan rasa persaudaraan yang mampu menimbulkan rasa aman dan rasa kecukupan. Aman saja tidak cukup apabila tidak merasa kecukupan maka tetap akan timbul rasa gelisah dan tidak puas dan nyaman sama halnya apabila hanya rasa cukup saja juga tidak cukup karena masih merasa tidak aman tidak akan timbul rasa tentram dan masih gelisah. Maka dari itu, perlu seimbang antara keduanya.

Selesai pengajian kami melanjutkan kegiatan dengan melaksanakan sholat isya dan setelah itu aku mengobrol dengan temanku .

“ko hujannya tidak selesai-selesai ya?” aku bertanya kepada temanku.

“rungokna kodoke ya esih muni, esih njaluk udan yo udane rung rampung. Ngko nek kodoke meneng lah nembe” temanku menanggapi sambil menyulut rokok

“nembe rampung?” balasku singkat

“yo ora, nek meneng berarti nembe turu kodoke” sambil tertawa

Walaupun tidak lucu kami tetap tertawa bersama meluapkan emosi kami karena tidak bisa bertemu dengan dosen yang bersangkutan.

Komentar