Masalah,Solusi Dalam Konteks Mahasiswa Saat Ini

Hidup ini penuh dengan masalah ungkapan itu sering diucapkan . Memang itu faktanya bahwa hidup ini penuh dengan masalah. Orang yang dilhat sudah mempunyai segalanya pun masih punya masalah. Entah itu masalah kecil ataupun besar seseorang pasti punya masalah. Sebagian orang akan berungkapan “kenapa harus ada masalah?”
Ketika mendengar kata masalah akan terlintas pemikiran tentang apa permsalahan tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya. Melihat pengertian masalah sendiri, masalah dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari pengertian itu masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Masalah disadari “ ada “ saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang ia inginkan. Masalah juga dapat diartikan sebagai suatu beban ketika individu diberikan beban, individu akan berusaha untuk menghilangkan beban tersebut. Masalah juga dapat dianalogikan sebagai suatu belokan ketika individu mengharapkan jalan yang lurus. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa masalah merupkan sesuatu yang tidak diharapkan individu, ketika individu mendapatkan maupun mengetahui ada sebuah masalah akan muncul keluhan, yaitu sebuah ekspresi yang menggambarkan kondisi emosional individu. Ada banyak ekspresi yang timbul ketika ada masalah. ekspresi sedih, marah, bingung, bahagia, kalem semuanya mungkin saja timbul sesuai dengan posisi individu atau kelompok mengenai masalah tersebut. Individu atau kelompok yang berada diluar lingkaran masalah akan berbeda ekspresi dengan yang berada di dalam masalah.
Suatu permasalahan akan selesai atau terus menerus membebani tergantung kepada subjek yang berada di dalamnya. Dalam sebuah masalah akan terdapat kompnen. Kompnen yang dimaksud adalah akar,batang, dan buah permasalahan. Dimana akar adalah pemicu sebuah masalah sedangkan batang adalah efek domino akibat dari akar dan buah adalah puncak permasalahan yang menjadi beban paling berat yang dirasakan. Ada beberapa pilihan yang sering diambil ketika bertarung melawan masalah. melarikan diri dari masalah, menghadapi masalah, membiarkan masalah untuk terus menggerogoti batin.
Dalam konteks mahasiswa saat ini yang sedang terjadi, mahasiswa adalah sosok pemuda. Sosok pemuda identik dengan semangatnya yang berkobar, tapi sosok pemuda juga sedang dalam proses mencari jati dirinya. Mahasiswa diberikan tugas membuat solusi untuk menjawab masalah yang berada di negara ini demi terciptanya bangsa yang madani. Jika pendapat itu benar maka mahasiswa adalah komponen yang sangat penting.

Demi terwujudnya cita-cita membangun bangsa yang lebih baik maka sosok mahasiswa harus menjadi kaum intelektual yang memiliki visi, misi dan tujuan yang ideal dalam membangun bangsa, segala tingkah laku dan perbuatannya didasarkan pada kaidah ilmiah dan menggunakan akal pikiran yang jernih dan komprehensif, meskipun pada kenyataanya tidak semua mahasiswa bisa menjadi seideal itu, namun itu semua menjadi tolak ukur dan pandangan ke depan agar seluruh mahasiswa di Indonesia menjadi calon pemimpin yang ideal yang akan memimpin bangsa ini dimasa yang akan datang.

Paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat, seperti yang dituangkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Paradigma ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk.

Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Artinya bahwa mahasiswa lebih suka sesuatu yang praktis tanpa mengikuti proses ketimbang sesuatu yang tinggi sulit dicapai butuh proses panjang namun hasilnya maksimal. Konsekuensi logis dari kentalnya orientasi ini adalah terpolanya perilaku-perilaku oportunistis-mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada tanpa prinsip- yang negatif. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran seperti demikian telak sekali adaptasi dari hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan culas pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironinya ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mereka mencontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor.

Fenomena lain adalah polarisasi antara kegiatan akademik dan organisasi. Jarang sekali ada mahasiswa yang dapat menjalankan dua kegiatan ini dengan baik. Mahasiswa yang memiliki pilihan ekstrim terhadap kegiatan akademik (study oriented) kurang bisa memberikan kontribusi riil kepada masyarakatnya. Dalam menjalani kehidupan pasca-kampus, seorang mahasiswa yang study oriented kurang memiliki kecakapan untuk dapat bekerja secara tim, sehingga saat ini banyak perusahaan yang memiliki persyaratan khusus mengenai riwayat organisasi. Dalam titik ekstrim yang lain, mahasiswa yang organization oriented juga memiliki permasalahan krusial. Dengan fokus yang sangat berlebihan terhadap kehidupan berorganisasinya, mahasiswa tipe organization oriented ini tidak memiliki prestasi akademik yang baik, atau dalam sebuah guyonan sering dikatakan ‘nasakom’ (nasib IPK satu koma).

Mahasiswa harus mampu untuk memiliki integrtas tinggi tapi masih banyak yang belum paham apa itu integritas. Tidak hanya mahasiswa masyarakat pun banyak yang belum memahami apa itu integritas. Mahasiswa itu dikatakan berintegritas, ketika mahasiswa kembali menumbuhkan hati nurani mereka, tindakan mereka sesuai dengan apa yang mereka katakan. Karena disitulah kejujuran yang akan bicara, nilai-nilai dan keputusan-keputusan mulia akan muncul, tidak ada lagi yang namanya ego, kepentingan, nafsu, kepentingan kedudukan yang membuat nilai-nilai mulia itu tersingkirkan. Yang terjadi kalau mahasiswa tidak dipersiapkan. Mahasiswa akan menjadi orang-orang berbakat yang dikumpulkan dimasa depan oleh kekuasaan atau partai politik. Mahasiswa akan mudah dimanfaatkan dan dikaderisasi mengenai hal-hal yang menyimpang yang selama ini ada dan diteruskan oleh mahasiswa. Memang sangat sulit untuk mewujudkan hal tersebut di era ini. Maka dari itu kita harus belajar bersama, saling tukar pikiran antara satu dan yang lain tanpa memandang status dan gender.

Disamping itu perlulah kita melihat sejauh mana kita telah membangun kepemimpinan yang ada pada diri kita dan memaksimalkan semua potensi yang ada, semua itu akan kembali kepada pribadi kita masing-masing dan menjadi motivasi yang akan membangun kepemimpinan mahasiswa dalam jiwa dan raga mahasiswa . Semua itu adalah tugas yang harus ditempuh kita sebagai mahasiswa dalam membangun dan memimpin bangsa dimasa yang akan datang.




Pandangan visioner di atas tidak terlepas dari langkah konkrit yang harus ditempuh mahasiswa dalam mengasah kepemimpinannya untuk terjun dalam realita keterpurukan bangsa ini. Mahasiswa harus memilih jalan sebagai pembuat solusi ketimbang masalah. Kampus sebagai habitat mahasiswa harus menjadi laboratorium kepemimpinan, membentuk kepribadian yang mengintegrasikan potensi intelektual, fisikal, dan spiritual. Dispolarisasi antara akademik dan organisasi harus diwujudkan sebagai langkah strategis. Penguasaan keilmuan harus menjadi pedoman mahasiswa dalam mengorganisasikan pergerakannya. Mahasiswa harus meningkatkan minat bacanya karena akan membuka pikiran dan menambah wawasan. Akhirnya, dimanapun berada mahasiswa harusnya menciptakan sinergisitas dengan semua elemen masyarakat yang ada di atasnya maupun di bawah mereka agar benar-benar menjadi pemimpin yang strategis pada masa kini, terutama masa depan bangsa.
Muhammad Muzakki

Komentar