Organisasi daerah (orda) adalah sekelompok orang atau mahasiswa
yang peduli terhadap daerah asal. Mereka berkumpul, bercengkerama,
bercakap-cakap, berdiskusi dengan teman-teman seperjuangan dari daerah. Umumnya
perjumpaan seorang dan yang lain didasari keinginan berpartisipasi dalam proses
pembangunan daerah. Para mahasiswa yang umumnya berasal dari pelosok daerah di
Nusantara terkadang merasa senasib dan seperjuangan. Apalagi ketika mendengar
daerah asal mereka jadi hujatan dari mahasiswa daerah lain yang superior,
seseorang atas nama daerah bisa bertindak anarkis. Tak jarang hal itu akan
memicu bentrok antar daerah. Hal itulah yang menimbulkan rasa primordialisme
kedaerahan. Dalam kampus, organisasi daerah merupakan jembatan sosial untuk
saling mengenal, menyapa, bertukar informasi tentang kedaerahan. Fenomena untuk
mengunggul-unggulkan daerah asal di atas daerah lain pun ramai diperbincangkan
di perguruan tinggi maupun di perguruan swasta.
Perguruan tinggi merupakan tempat strategis bagi mereka untuk berkumpul, berpikir, dan mewujudkan patriotisme pada daerah. Kampus mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa. Kampus pula yang mengilhami mahasiswa untuk memberikan kontribusi ke daerah. Lewat kampus, mahasiswa diyakini mampu melahirkan gagasan baru, ide baru.
Keuntungan itu tidak hanya berlaku bagi organisasi. Terjadi simbiosis mutualisme antara organisasi daerah dan kampus. Ketika menggelar kegiatan di daerah, para mahasiswa masih membawa institusi kampus, bahkan tak sedikit yang mempromosikan kampus mereka masing-masing.
Karena itu semestinya pihak kampus berlaku arif untuk membantu eksistensi organisasi daerah. Sebab, jarang organisasi daerah diperhatikan pihak kampus. Peranan organisasi di daerah untuk terus menggiring banyak calon mahasiswa baru agar melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan tak diakomodasi kampus. Kampus bersedia menerima mahasiswa daerah, tetapi “enggan” mengapresiasi peranan organisasi daerah. Kampus mestinya memberikan peluang pada organisasi daerah untuk berkembang mengibarkan sayap.
Selama ini kampus cenderung peduli pada organisasi intrakampus yang berbasis pada kemampuan intelektual mahasiswa, organisasi, penalaran, dan keterampilan. Namun ketika disuguhi fenomena organisasi daerah, kampus terkesan bersikap sebelah mata. Kondisi itu tentu kontras dengan peranan organisasi daerah sebagai representasi dari kampus masing-masing. Terbukti, menjelang pendaftaran mahasiswa baru, organisasi daerah sukarela menginstruksi para mahasiswa lama untuk membantu calon mahasiswa yang sama dari daerah asal. Orientasi pengambilan mahasiswa hanya bertumpu pada kader yang bergelut di kampus itu adalah asumsi yang tidak sepenuhnya benar. Organisasi daerahlah yang berperan cukup penting dalam menyuplai mahasiswa baru masuk ke kampus. Organisasi daerah selalu membawa bendera kampus sebagai bingkai identitas ketika melaksanakan kegiatan. Itu mengisyaratkan betapa besar rasa nasionalisme mahasiswa kedaerahan di jenjang perkuliahan.
Saat ini mahasiswa yang tergabung dalam organisasi daerah sudah sangat besar. Maka ketika memasuki masa pencalonan kepala daerah, tak jarang organisasi mahasiswa diminati untuk mendulang suara. Bahkan tak jarang organisasi itu andil sebagai alat kampanye untuk memenangkan salah satu calon. Itulah yang semestinya dihindari, organisasi daerah bukanlah alat bantu dalam kepentingan politik. Organisasi daerah adalah wahana untuk menjadikan anggotanya siap untuk memberikan kontribusi terhadap daerah. Salah satu tujuan mahasiswa menimba ilmu ke jenjang perguruan tinggi adalah ketika selesai melakukan pendidikannya dan pulang kedaerahnya masing-masing mahasiswa tersebut telah membawa gagasan yang baik untuk diterapkan daerahnya untuk membangun daerahnya menjadi lebih baik.
Komentar
Posting Komentar